Friday, May 8, 2009

Pada awalnya

Awalnya aku cuma seekor anjing biasa di sebuah petshop di Jakarta. Dulu mommy memang sering banget dateng ke petshop (setiap hari malah) dan yang namanya petshop seperti udah jadi rumah keduanya mommy. Mommy selalu menyukai binatang, terutama seekor anak anjing tapi mommy tidak memiliki seekor anjingpun. Semua terjadi karena kematian seekor anak anjing yang dulu pernah menemani mommy. Tapi setelah beberapa tahun kematian anak anjing itu, akhirnya mommy berhasil mengatasi trauma kehilangannya dan memutuskan memelihara anak anjing lain. Dan itulah aku, Baron Von Brownies. Setidaknya begitulah yang selalu diceritakan mommy kepadaku.

Hari itu seperti sama seperti hari lainnya. Mommy datang ke petshop bersama teman-temannya. Dan anak-anak anjing seperti aku juga memulai aktifitas membosankan seperti hari lainnya di dalam kandang kecil. Hari itu seorang tante mengajak mommy untuk pertama kalinya melihatku. Waktu itu aku cuma seekor anak anjing mungil yang selalu tidur di pojok kandang. Bukan tipe anjing super aktif seperti si bulu lebat, teman sekandangku, yang selalu melompat-lompat jika ada manusia mendekat. Sedangkan aku tidak begitu tertarik terhadap manusia dan lebih menikmati waktu santaiku di pojokan menunggu waktu makan selanjutnya.

Setelah itu, tidak ada yang istimewa lagi di hari yang membosankan. Anak-anak anjing baru di kandang sebelah baru saja datang. Kelihatannya mereka sedikit ketakutan, hal yang selalu terjadi pada setiap anak anjing baru sepertinya. Hari pertama berpisah dengan mama, tempat yang asing dan manusia asing. Siapa yang tidak takut? Terlebih lagi di tempat ini makhluk yang bernama manusia lalu lalang sepanjang hari dalam jumlah yang banyak. Di petshop tidak sama seperti di rumah. Selalu ramai, penuh aktifitas, tapi selalu membosankan...

Aku juga bukan penghuni lama di tempat ini. Tidak ada seekor hewanpun yang bertahan lama tinggal di tempat ini. Makhluk kecil berbulu di akuarium itu menceritakannya pada malam pertamaku di sini. Aku tidak bisa tidur malam itu dan makhluk kecil aneh itu selalu terbangun di malam hari, jadi kami mengobrol sampai akhirnya aku tertidur menjelang pagi. Katanya petshop ini semacam tempat persinggahan sebelum kami tinggal di tempat baru yang lebih permanen.

Bagi sebagian besar teman-temanku di sini, pindah ke tempat baru yang lebih permanen, terlihat sebagai sebuah tempat baru yang sangat indah. Tidak dikurung, bisa melihat matahari lagi, mungkin bertemu mama lagi jika kita memohon kepada manusia. Tapi aku sudah tau itu semua tidak akan terjadi. Kira-kira tiga minggu lalu ketika aku masih tinggal bersama mama, aku sudah mendengar tentang kisah Paman Sammy. Paman Sammy dulu pernah tinggal di petshop, pernah pindah ke tempat yang lebih permanen, tapi katanya tempat permanen yang disebut rumah itu adalah sebuah tempat mengerikan. Paman Sammy dipukul, tidak diberi makan, dan tidak pernah keluar dari kandang. Paman Sammy sempat berpindah-pindah tempat sampai akhirnya menetap di sini.

Jadi singkatnya, aku tidak tertarik untuk pindah dari sini. Daripada sibuk membujuk para manusia itu untuk membawaku pergi, aku lebih memilih tinggal di kandang ini dan menunggu mama datang menjemput. Atau mungkin jika tidak ada yang mau membawaku pergi, aku akan dikembalikan ke tempat mama. Harapanku dibawa kembali ke tempat mama sebenarnya cukup besar menurutku. Aku kecil, tidak ramah, dan menurut beberapa orang manusia yang melihatku, aku tidak cukup baik untuk mereka. Mulutku cacat! Dulu kupikir ini adalah kekuranganku, tapi sekarang aku bahagia karena mengetahui aku cacat. Aneh kan?

Tapi rupanya hari itu berbeda dari hari biasanya. Menjelang malam hari mommy datang lagi ke kandangku, tapi kali ini dengan seorang pria. Seperti kebanyakan tingkah manusia, mommy membuka kandang dan membuat suara-suara lucu untuk menarik perhatian. Si bulu lebat sudah dari tadi melompat-lompat sambil berteriak-teriak dengan suara yang menyakitkan telinga. Aku cuma memalingkan kepala untuk melihat ada apa dan kemudian bertingkah tidak peduli.

Terus terang saja, mommy itu tipe pemaksa dan keras kepala. Badanku yang mungil diambil dengan mudah. Aku terkejut dan diam tak bergerak. Oooh apakah aku harus menjalani hal yang sama seperti paman Sammy. Aku terlalu takut untuk membayangkan. Dan itulah terakhir kalinya aku melihat si bulu lebat, si makhluk kecil yang aneh, dan tempat yang bernama petshop. Apa yang menungguku selanjutnya... Aku belum tau. Aku hanya bisa pasrah... Nasehat terakhir dari mamaku adalah agar aku menjadi anak anjing yang kuat dan tegar! Dan seperti itulah aku...